❗ “Bun, tanpa sadar kita sering bilang ‘jangan lari’, ‘jangan ribut’, ‘jangan ganggu’, padahal itu bisa berdampak langsung ke cara berpikir dan mental anak, lho!”
Anak kecil belajar dari semua hal—termasuk dari kata-kata orang tuanya sendiri. Tapi kalau terlalu sering mendengar kata “jangan”, tanpa penjelasan atau pengganti yang positif, anak bisa tumbuh jadi ragu, takut mencoba, bahkan merasa tidak cukup baik.
Yuk, kita bahas dampak negatifnya dan bagaimana cara komunikasi yang lebih sehat dan membangun!
🧠 1. Menghambat Rasa Ingin Tahu dan Kreativitas
Anak kecil sedang di fase eksplorasi. Tapi ketika setiap tindakan dijawab dengan “jangan!”, lama-lama anak jadi takut bereksperimen.
🔍 Contoh:
-
“Jangan sentuh itu!” → Anak jadi takut mencoba hal baru.
-
Padahal bisa diganti dengan: “Yuk kita lihat bareng, ini menarik tapi harus hati-hati ya.”
💬 2. Menurunkan Kepercayaan Diri
Kalimat negatif yang diulang-ulang bisa membentuk keyakinan dalam diri anak bahwa dia “sering salah” atau “tidak mampu”.
📌 Anak akan:
-
Lebih mudah menyerah
-
Takut gagal
-
Jarang mengambil inisiatif
😔 3. Membentuk Pola Pikir Negatif
Jika anak terus-terusan dilarang tanpa arah, ia bisa mulai melihat dunia dengan kacamata “ketakutan dan batasan”.
🧠 Efek jangka panjang:
-
Anak cenderung pesimis
-
Mudah cemas
-
Sulit melihat solusi ketika ada masalah
🧩 4. Mengganggu Hubungan Emosional dengan Orang Tua
Komunikasi yang terlalu otoriter bisa membuat anak merasa tidak didengar.
📉 Efeknya:
-
Anak jadi tertutup
-
Kurang percaya kepada orang tua
-
Hubungan jadi renggang saat remaja
✅ 5. Solusi: Ubah “Jangan” Menjadi Kalimat Arah Positif
Alih-alih berkata:
❌ “Jangan lompat di sofa!”
Coba katakan:
✅ “Yuk lompatnya di lantai aja, biar nggak jatuh dan sakit.”
✨ Tips:
-
Fokus pada apa yang boleh dilakukan, bukan yang tidak boleh
-
Gunakan nada lembut, tapi tetap tegas
-
Jelaskan alasannya secara sederhana
💡 Penutup:
"Cara kita berbicara ke anak hari ini, akan jadi suara di dalam kepala mereka seumur hidup."
Jadi, yuk mulai ubah pola komunikasi kita di rumah. Bukan berarti semua larangan harus hilang, tapi mari lebih sadar dengan cara penyampaiannya. Anak akan merasa lebih dihargai, dimengerti, dan tumbuh jadi pribadi yang positif.
Komentar
Posting Komentar